Lulus Terapi Tumbuh Kembang, 30 Anak Diwisuda RS Hermina
29 November 2024Jakarta: Puluhan anak usia dini yang membutuhkan pemantauan tumbuh kembang anak di Wisuda di RS Hermina Daan Mogot, Jakarta Barat, Rabu (13/11/2024). Wisuda ini merupakan sebuah bentuk pengakuan bahwa anak-anak ini telah berhasil menyelesaikan program dari Klinik Tumbuh Kembang (KTK) yang diberikan kepada mereka.
Wakil Direktur Medis RS Hermina, Linerin menjelaskan bahwa rumah sakit tersebut memiliki program monitoring dan evaluasi tumbuh kembang anak dari usia 0-7 tahun. Unsur tumbuh kembang anak yang menjadi perhatian misalnya, motorik, sensorik, kemampuan untuk berbahasa, serta kemampuan untuk bersosialisasi dengan lingkungan.
"Jadi jika anak-anak mengalami gangguan tersebut bisa konsultasi ke dokter sepsialis anak di klinik KTK. Jika ternyata anak mengalami gangguan tumbuh kembang, maka akan dirujuk ke dokter rehabilitasi medik untuk tindakan lebih lanjut," kata Linerin kepada wartawan di Aula Gedung 3 RS Hermina Daan Mogot.
Linerin mengungkapkan, keterlambatan berbicara pada anak usia dua tahun, adalah salah satu ciri-ciri anak yang membutuhkan pendampingan KTK. Jika tidak dilakukan pendampingan, maka anak tersebut beresiko akan mengalami keterlambatan pertumbuhan atau bahkan jadi anak berkebutuhan khusus (ABK).
"Rata-rata lamanya seorang anak menyelesaikan terapi tumbuh kembang bervariasi antara 0-2 tahun tergantung dari daya tangkap anak. Keterlibatan aktif orang tua dalam mengikuti arahan dari terapis membantu mempercepat anak untuk menyelesaikan programnya," ujar Linerin.
"Total ada 60 anak yang di wisuda tapi karena keterbatasan tempat, hari ini kami wisuda 30 anak dulu. Untuk 30 anak lainnya akan menyusul wisudanya," ucap Linerin menambahkan.
Senada, Liana salah satu orang tua yang anaknya membutuhkan pendampingan tumbuh kembang mengakui, penangan sejak dini penting demi masa depan anaknya. Ia merasa ada sesuatu yang salah dengan pertumbuhan anaknya, dan memutuskan untuk mencari pertolongan.
"Anak saya ini aktif sekali, artinya untuk motoriknya atau berjalan baik, tapi dia mengalami kesulitan untuk berbicara, sulit untuk fokus, dan kesulitan untuk berinteraksi sosial. Jadi akhirnya saya putuskan untuk mencari pendampingan terapis dari klinik KTK rumah sakit ini," kata Liana kepada RRI di lokasi.
Setelah mendapat pertolongan dari terapis selama enam bulan, kini anak Liana sudah mulai berbicara, berinteraksi dengan teman sebaya nya, dan sudah mulai fokus. Tantangannya, ujar Liana ada pada konsistensi hal-hal yang dilakukan pada saat diterapi harus sama dilakukan pada waktu di rumah dan di sekolah.
"Disini peran orang tua vital ya memastikan terapi yang dijalani di klinik selama 30 menit harus diterapkan juga di rumah dan di lingkungan sosial biar ngga timpang. Setelah wisuda ini, anak saya yang duduk dibangku kelas 2 SD tinggal menjalani terapi mandiri," tuturnya.
"Yang penting dalam parenting yang mempunyai anak yang membutuhkan penangan yang spesial kita sebagai orang tua harus berani untuk mengakui kondisi keadaan kekurangan anak kita. Tidak boleh malu, karena kita tahu dia butuh dibantu apa yang kita bisa berikan kita akan berikan, kita support," ucap Liana.
Baca juga
Dukung Pendidikan Anak Usia Dini, Pertamina Bantu Alat Permainan Edukatif
UI-Tokyo Metropolitan University kolaborasi Terapi Okupasi Stroke
Jumlah Okupasi Terapis dan Fisioterapis Indonesia Minim, Sarjana Terapan Vokasi Dinanti
Pemkab Bojonegoro Ajak Warga Lebih Mengenal Program Terapi Bagi Anak Berkebutuhan Khusus